KEPEMIMPINAN MENURUT ISLAM




Rasulullah bersabda dalam sunnahnya: “Semua kalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab terhadap nasib yang dipimpinnya. Amir adalah pemimpin rakyat, dan bertanggungjawab terhadap keselamatan mereka”. (al-hadits)

Pemimpin dalam Islam adalah sebagai penggerak utama bagi orang-orang yang dipimpinnya. Dia bukanlah dilayani, sebagaimana yang dapat kita saksikan pada sejumlah pemimpin saat ini di mana dia minta dilayani. Pemimpin seharusnya melayani yang dipimpinnya.

Memimpin sebuah negara tentulah berbeda dengan memimpin sebuah perniagaan, baik dari segi kapasiti kemampuan yang diperlukan mahupun tanggungjawab yang dipikulnya.

Bermodalkan kemampuan management sudah cukup untuk memimpin sebuah perniagaan. Tetapi untuk memimpin sebuah negara, sungguh tidaklah cukup hanya dengan modal kemampuan pengurusan semata-mata. Sebab memimpin sebuah bangsa bukan hanya membangun jalan, jambatan atau gedung. Tetapi lebih dari itu iaitu membangun manusia.

Kesalahan pengurusan perniagaan paling-paling resikonya mengalami kerugian material. Dalam hal ini pemimpin perusahaan boleh berpindah, bergabung dengan perusahaan lain atau mencari investor untuk mendirikan perusahaan baru.

Sangat berbeza dengan memimpin sebuah bangsa. Kesalahan dalam mengelolanya akan mengakibatkan kerosakan Meneyeluruh. Bukan hanya berkait kerugian material dan beban hutang yang tidak terselesai. Kerosakan aqidah dan moral bangsa mererosakkan budaya bangsa, yang akan terus diwariskan dari generasi ke generasi. Memperbaikinya tidak cukup satu dua tahun, bahkan mungkin tidak cukup satu generasi. Andai kerugian yang ditimbulkannya hanya menyangkut urusan dunia, barangkali masih bisa dimaklumi. Tetapi ini menyangkut kerugian dunia dan akhirat. Kerana ianya tidak dapat diganti dengan wang berapapun banyaknya.

Kepemimpinan dalam Islam dipandang sebagai amanah. Seorang pemimpin bangsa hakikatnya ia memegang amanah Allah sekaligus amanah masyarakat. Amanah itu mengandung tanggungjawab mengelola dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan harapan dan dan keperluan pemiliknya. Kerananya kepemimpinan bukanlah hak milik yang boleh dinikmati dengan cara sesuka hati orang yang memegangnya.

Pemimpin menurut Islam bercirikan antara lain :

1) Setia terhadap Allah swt.

2) Membawa misi Islam yang global / menyeluruh, rahmat bagi seluruh alam.

3) Mengikuti apa yang diajarkan Islam, antara lain beradab islami.

4) Melaksanakan tanggungjawabnya terhadap Allah, berbuat baik kepada yang dipimpinnya, sebagaimana yang difirmankanNya dama Surah al-Maidah ayat 8 : yang artinya: “Orang-orang yang Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, nescaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’aruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar, dan kepada Allahlah kembali segala urusan.”



ASAS KEPEMIMPINAN ISLAM

Ada tiga hal yang mengawali perjalanan kepimpinan Islam. Ketiga hal tersebut adalah

1) Syura : merupakan prinsip pertama dalam kepemimpinan Islam. Para pemimpin Islam wajib melaksanakan syura dengan orang yang dapat memberikan pandangan atau pemikiran yang baik / bermanfaat, sebagaimana difirmankanNya dalam Surah as-Syura ayat 38 yang artinya, ”Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan salat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan sebahagian daripada rezeki yang Kami berikan kepada mereka.”

Pelaksanaan syura ini menjadi asas dalam melaksanakan keputusan.
Pemimpin sudah tentu tidak harus melaksanakan syura dalam semua hal, tetapi dia harus melaksanakan keputusan yang dibuat berdasarkan musyawarah.Dia hendaklah mengelakkan diri dari bermain dengan kata-kata yang menonjolkan pendapatnya atau mengubah keputusan yang diputuskan oleh syura.


2) Adil : Pemimpin hendaklah berlaku adil dalam menjalankan tugasnya tanpa melihat kepada suku, warna kulit ataupun agama. Sifat-sifat buruk seperti dendam, hasad dan sebagainya bukan menjadi sifat pemimpin Islam. Keadilan dan memberikan hak kepada orang lain tetap ditegakkan, meskipun terhadap orang yang dibenci.

Allah berfirman dalam surah al-Maidah ayat 8 yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekalikali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertawakallah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Dalam Islam kebenaran dan keadilan adalah dua hal dari sekian banyak hal lainnya yang harus diberikan penekanan, dan tidak boleh bertolak belakang dengannya. ansur dengannya. Mereka yang mengabaikan atau tidak mementingkan keadilan dan kebenaran, dapat dianggap sebagai pendusta agama. Allah swt berfirman dalam surah an-Niisa ayat 13 tentang penting menegakkan keadilan, yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu
bapak dan kaum kerabatmu. Jika dia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan”


3) Bebas Menyampaikan Pendapat
Pemimpin Islam perlu menyediakan kesempatan menerima pandangan dan ide membangun dari mereka yang dipimpinnya. Dia memberikan peluang mereka yang dipimpinnya menyampaikan pandangan / pendapat / argumentasi secara bebas dan menjawab segala persoalan yang ditanyakan. Kedudukan sebagai seorang pemimpin bukan menjadi halangan untuk menjelaskan kebenaran. Tegasnya, kepimpinan Islam bukanlah satu bentuk kepimpinan yang zalim. Islam mewajibkan seseorang pemimpin mesti bersikap adil, berunding dan senantiasa hormat menghormati antara pemimpin dan yang dipimpin. Seseorang pemimpin bertanggungjawab bukan saja kepada yang dipimpinnya, tetapi yang lebih berat ialah tanggungjawab dihadapan Allah swt

1 comments:

KEWAJIPAN TERHADAP AS-SUNNAH




Al-Sunnah al-Nabawiyyah adalah manhaj yang lengkap bagi kehidupan individu dan masyarakat Islam, sebagaimana yang kita ketahui ia sebagai penafsir al-Qur'an dan gambaran Islam.

Rasulullah s.a.w. adalah pernyataan al-Qur'an dan gambaran Islam yang tergambar pada setiap ucapan, perbuatannya dan sirahnya, baik ketika bersendirian mahupun di kalangan orang ramai,
more »

0 comments:

TANDA-TANDA ANDA DILAMUN CINTA.....


Apakah perasaan anda pabila cinta anda ditolak..?
Dan apa perasaan bila cinta anda berbalas?
more »

0 comments:

LAZATKAH MAKSIAT


Kehidupan seharian kita tidak akan lari daripada dua perkara, sama ada berada dalam maksiat atau taat.
Apabila Rasullulah s.a.w menyebut "halawah-al-iman" (kemanisan iman), fahamlah kita bahawa iman itu manis. Taat kepada Allah itu manis. Membaca Al-Quran, solat berjemaah, menghadiri majlis ilmu, qiamullail dan sebagainya, semua itu manis.
Namun,
more »

0 comments:

PAKAIAN REMAJA HARI INI..Di Mana Silapnya...?


"Pakaian Remaja?" jika kita dengar atau baca perkataan tersebut, secara automatik kita akan terbayang cara berpakaian remaja kita sekarang terutama pakaian remaja perempuan. Jenis pakaian yang paling awal tergambar di minda kita adalah pakaian mereka yang seksi, ketat, terlondeh sana sini dan dedah sana sini. Tidak dinafikan pakaian demikian juga dikenakan oleh belia dan orang dewasa, namun
more »

0 comments:

Air Mata Seorang Nabi


...kerana Umat'nya. Sungguh menyayat hati...
sila baca Buat pedoman untuk kita semua.

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk,"Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut.
more »

0 comments: